Selasa, 11 Agustus 2009

kisah cinta ibu cerewet

Kalau IbuCerewet pernah punya kisah cinta, sepertinya kisah cinta dengan PakGendut ini yang paling nyaman dilakoni.

Saya matang sebelum waktunya. Mulai pacaran di usia 12 tahun dengan kakak kelas SMP. Pacaran semi serius, dalam artian orang tua tau, dan tentunya tidak menyetujui. Huhahahah... ya ampun, SMP gitu lho. Tapi cinta pertama saya itu lumayan berkesan karena seruuu...minta ampun serunya. Saya didekati dia cukup lama juga untuk ukuran SMP, 3 minggu. Ditembak dalam mobil, di lapangan parkir Hero Pasundan Plaza dengan diiringi lagu Remember The Timenya Michael Jackson dan rintik hujan romantis. Saat itu tanggal 24 Maret 1992. Sampai sekarang saya masih ingat kalimat proposalnya, “A pengen kamu lebih dari sekedar teman buat A. A ini senang memberi kejutan, saya masih ingat dijemput pulang sekolah dan saya disuruh membuka dashboard mobilnya... sudah ada white chocolate 6 biji yang dibungkus pita merah disana. So sweet. Ultah ke 13, dia memberi saya kaset Spagna dan Beauty and the Beast. masa pacaran bertahan 6 bulan, kami putus tepatnya tanggal 22 September 1992.

Walaaahh…IbuCerewet kok hafal sampe segitunya ?, ya hafal, karena tanggal 21 Septembernya, sehari sebelum kami putus, saya resmi pacaran dengan T, temannya A... awww...jahaaattt... huhahahha... harap dimengerti dong, waktu itu saya masih SMP. Mau tau gimana cara T nembak saya ?, lewat telp, dia nyanyi lagunya Rick Price, Heaven Knows... OMG, kalau diingat pasti dia sama malunya sama saya... cupu banget ya ?

Masa pacaran saya dengan T cukup lama... kami pacaran dari saya masih 3 SMP sampai saya 2 SMA. Berkesan ?. Ya berkesan juga, first kiss saya sama dia, first slow dance pun sama dia. Putus karena ?, mmmh... bosan. Eh, harap dimengerti juga dong, saya masih SMA waktu itu...

Setelah itu ada beberapa pria melintas, pacaran sebulan dua bulan, putus yang saya lupa alasannya kenapa, tapi ya seru buat dikenang. Setidaknya masa remaja saya mirip kayak Beverly Hills 90210, hanya minus duit berlebihan buat di hambur-hamburkan... kikikikik...

Waktu kuliah, saya sempat jatuh hati setengah mati pada seorang pria. Oh yes, cinta saya altruistik. Sebegitu cintanya sampai berdarah-darah pun saya jalani. Semua berawal dari hal kecil; sering satu kelas, sarapan bersama, makan siang bersama, jalan bareng, curhat, dia hampir setiap hari mengantar saya pulang, surat suratan ketika kuliah, telp sampai jauh malam...

Sepertinya saya dan dia mengalami delusi saat itu. Tau tak mungkin terjadi, tapi masa bodoh. Sampai pada satu titik tak sanggup berpisah, tapi saat itulah dia merasa kami harus berpisah. Ya, setelah hubungan yang naik turun, emosional, seeking possibilities in impossibilites, dia dengan tiba-tiba dan semena mena memutuskan untuk tak lagi mau memegang tangan saya. Kalimatnya pendek, diucapkan di jalan martanegara, malam hari sesudah menjemput saya dari rumah teman. Katanya, “Andai saya bisa merubah kenyataan semudah membalik telapak tangan, saat ini juga saya lakukan buat kamu. Tapi kamu tau hidup kita tak bisa dirubah semudah itu”

Saya menangis di pelukan ibu saya semalaman. Belum pernah saya merasa sesakit itu, rasanya dunia pink saya berubah jadi abu-abu. Tak habis-habis saya berbicara pada sahabat-sahabat saya tentang dia, sampai semua sahabat saya mual. Dan saya bersumpah, tak mau lagi sakit hati seperti itu. Never.

Setelah masa berkabung usai, saya sempat berpacaran dengan dua-tiga pria. Tak ada yang serius. Saya lebih mencintai sahabat-sahabat saya. Sampai saya bertemu dengan PakGendut...

PakGendut, oh, PakGendut...

Apa yang menarik dari PakGendut ?

Pertama bertemu dengannya, PakGendut memakai celana pendek, sendal, t-shirt yang memperlihatkan kegendutan perutnya, gelang bahar ular di pergelangan tangannya, dan berambut botak...

Pertama bertemu dengannya, saya langsung membatin, “definately not him !

Tapi PakGendut suka membaca, PakGendut suka ngopi dan PakGendut suka jazz.

Tapi Pak Gendut... dengan dirinya saya merasa tenang. Dengan dirinya saya tak harus repot memblow dry rambut a-la salon supaya dia terkesan. Dengan dirinya saya bisa semena mena kentut tanpa rasa malu. Dengan dirinya saya bisa makan ayam goreng Soeharti sambil bertepuk tangan kegirangan saking senangnya. Dengan dirinya saya bisa cerita tentang khayalan masa depan saya, yang akhirnya menjadi masa depan kami...

Saya jatuh cinta pada pria gendut yang menghabiskan 18 dari 20 buah putu mayang yang tersaji di pertemuan kedua kami. Pada pria gendut yang makan nasi dua piring di rumah kami tanpa rasa malu padahal kami baru 3 kali bertemu. Pada pria gendut yang dengan ikhlas membawakan satu slice kue taart dan cd kesayangannya sebagai hadiah di hari ulang tahun saya... Pada pria gendut yang setia menemani saya bolak balik terapi ketika saya menderita Low Back Pain. Pada pria gendut yang rela punya calon istri yang tak bisa lepas dari teman-teman prianya. Pada pria gendut yang rela mendengarkan calon istrinya bicara berjam jam tanpa memberi kesempatan pada orang lain untuk ikut bicara...

Dan pada 21 Desember 2003, IbuCerewet dan PakGendut pun menikah...

2 komentar:

  1. aku inget bu semua mantan ibu hehehehe...
    tapi memang pa gendut yang terbaik yang di kasih allah untuk ibu..:)

    BalasHapus