entah kenapa sedang writing blue. Heuheuu...…kok rasanya malas sekali menengok multiply. Fesbukaaaan mulu.
Kita cerita tentang hari sekolah Cindai yaaa... Cindai sudah mulai serius bersekolah. Serius, dalam artian sudah sekolah rutin 5 hari seminggu dan sakit-izin-alpha-terlambat sudah dihitung oleh guru.
Hari-hari kami sebagai ibu-anak bersekolah pun dimulai. Kok saya ikutan sekolah lagi ?, ya iya, karena buat anak umur segitu kan yang lebih repot ibunya, ya menghafalkan jadwal seragam anak (Cindai punya 3 seragam yang dipakai selang seling dengan baju bebas), ya membuatkan bekal sekolah (ada dua hari dalam seminggu yang bawa bekal dari rumah, 3 hari yang lain diberi makanan sehat oleh sekolah), hari Jumat bawa kayak semacam PR untuk mengulang pelajaran di sekolah dan juga dibagikan buku Jejak Langkah, yaitu buku laporan mingguan, isinya kegiatan cindai setiap hari di sekolah.
Mengenai si PR... tadinya saya sudah agak kecewa ketika di Parents Meeting diberi tau bahwa tiap Jumat akan dibagikan PR untuk dikerjakan di rumah. Niat saya masukkin Cindai ke Gagas kan supaya anak tidak diberi PR di usia dini. Kasian aja gitu, kecil kecil dah ngerjain PR... tapi ternyata pas dilihat, heuheu, sama aja kayak majalah Hipoo yang tiap bulan dibeli Cindai yang isinya habis dilalap dalam sejam. Cindai malah senang banget tiap diberi PR dan semangat mengerjakannya. Nah kalau gitu gak papah, asal anaknya senang dan tak merasa terbebani.
Tiap Jumat juga tiap murid diberi buku Jejak Langkahku, yang isinya kegiatan anak setiap hari. Ada-ada aja kelakuan Cindai yang lucu yang ‘dilaporkan guru. Pernah suatu malam saat pillow talk, Cindai cerita temannya yang namanya AlFath minta bekalnya. Saya tanya, “terus dikasih gak sama teteh ?. jawabannya, dikasih dong… wah saya bangga, asoy, sukses ni ngedidik anak gak pelit. Ternyata, di buku Jejak Langkah itu tertulis hari Rabu Cindai menyembunyikan makanannya di bawah meja supaya tidak diminta teman-temannya… huhahahahah….ternyata dia teuteuuup... anak kecil ya, waktu saya tanya “ayo, waktu temennya minta bekel, sama teteh diumpetin di bawah meja ya ?. Cindai Cuma jawab, “abis makanan ibu enak sih… diingat ingat lagi, hari itu dia bawa Pizza Tortilla yang dia suka banget, jadi ya solusinya si ibu kayaknya harus bawain lebih deh kalo bekalnya makanan favorit, jadi dia mau bagi bagi...
Oya, si buku jejak itu sebaiknya diisi juga komentar orang tua, dan apa aja yang dilakukan di rumah…biar ada kesinambungan antara pola asuh di sekolah dan di rumah.
Tiap bulan juga ada parents meeting, yang diabsen lhooo…kikikik…bener kan kita srasa ikut skola. Si parents meeting ini setengah wajib, dan jadi bahan penilaian guru saat anak nanti naik kelas dari PG ke TK atau ke SD. Jadi tiap naik tingkat kan ada seleksi, karena jumlah kursi makin mengerucut. Seleksinya yang dilihat bukan si anak, skola Cindai akan menerima setiap anak. Gak ada istilah anak pintar atau bodoh, atau ABK, karena Gagas kan sekolah inklusi juga. Autis pun diterima, tiap anak kan emang unik dan tidak boleh dibeda-bedakan dalam hal pendidikan. Tapi yang diseleksi adalah orang tuanya, mereka perhatian gak sama anak, mereka mau meluangkan waktu yang berkwalitas gak sama anak (jangan sangka ibu rumah tangga pasti punya waktu berkwalitas lho, kadang kwantitas sih iya, tapi kwalitas belum tentu. Ibu berkarier malah bisa jadi punya waktu berkwalitas yang lebih banyak), mereka mau gak bersinergi dengan sekolah untuk mendidik si anak. Sukses mendidik anak kan bukan Cuma tanggung jawab sekolah, karena di sekolah paling 6-7 jam sehari, jadi tetap orang tua yang megang peranan utama dalam mencetak anak berkwalitas…
Aiiiihhh... sok pinter banget si kathy... kikikik...
Yah segitu dulu deh laporan minggu minggu pertama kami bersekolah TK. Semoga semua tetap berjalan lancar seperti hari pertama yaaa...
Selasa, 11 Agustus 2009
kisah cinta ibu cerewet
Kalau IbuCerewet pernah punya kisah cinta, sepertinya kisah cinta dengan PakGendut ini yang paling nyaman dilakoni.
Saya matang sebelum waktunya. Mulai pacaran di usia 12 tahun dengan kakak kelas SMP. Pacaran semi serius, dalam artian orang tua tau, dan tentunya tidak menyetujui. Huhahahah... ya ampun, SMP gitu lho. Tapi cinta pertama saya itu lumayan berkesan karena seruuu...minta ampun serunya. Saya didekati dia cukup lama juga untuk ukuran SMP, 3 minggu. Ditembak dalam mobil, di lapangan parkir Hero Pasundan Plaza dengan diiringi lagu Remember The Timenya Michael Jackson dan rintik hujan romantis. Saat itu tanggal 24 Maret 1992. Sampai sekarang saya masih ingat kalimat proposalnya, “A pengen kamu lebih dari sekedar teman buat A. A ini senang memberi kejutan, saya masih ingat dijemput pulang sekolah dan saya disuruh membuka dashboard mobilnya... sudah ada white chocolate 6 biji yang dibungkus pita merah disana. So sweet. Ultah ke 13, dia memberi saya kaset Spagna dan Beauty and the Beast. masa pacaran bertahan 6 bulan, kami putus tepatnya tanggal 22 September 1992.
Walaaahh…IbuCerewet kok hafal sampe segitunya ?, ya hafal, karena tanggal 21 Septembernya, sehari sebelum kami putus, saya resmi pacaran dengan T, temannya A... awww...jahaaattt... huhahahha... harap dimengerti dong, waktu itu saya masih SMP. Mau tau gimana cara T nembak saya ?, lewat telp, dia nyanyi lagunya Rick Price, Heaven Knows... OMG, kalau diingat pasti dia sama malunya sama saya... cupu banget ya ?
Masa pacaran saya dengan T cukup lama... kami pacaran dari saya masih 3 SMP sampai saya 2 SMA. Berkesan ?. Ya berkesan juga, first kiss saya sama dia, first slow dance pun sama dia. Putus karena ?, mmmh... bosan. Eh, harap dimengerti juga dong, saya masih SMA waktu itu...
Setelah itu ada beberapa pria melintas, pacaran sebulan dua bulan, putus yang saya lupa alasannya kenapa, tapi ya seru buat dikenang. Setidaknya masa remaja saya mirip kayak Beverly Hills 90210, hanya minus duit berlebihan buat di hambur-hamburkan... kikikikik...
Waktu kuliah, saya sempat jatuh hati setengah mati pada seorang pria. Oh yes, cinta saya altruistik. Sebegitu cintanya sampai berdarah-darah pun saya jalani. Semua berawal dari hal kecil; sering satu kelas, sarapan bersama, makan siang bersama, jalan bareng, curhat, dia hampir setiap hari mengantar saya pulang, surat suratan ketika kuliah, telp sampai jauh malam...
Sepertinya saya dan dia mengalami delusi saat itu. Tau tak mungkin terjadi, tapi masa bodoh. Sampai pada satu titik tak sanggup berpisah, tapi saat itulah dia merasa kami harus berpisah. Ya, setelah hubungan yang naik turun, emosional, seeking possibilities in impossibilites, dia dengan tiba-tiba dan semena mena memutuskan untuk tak lagi mau memegang tangan saya. Kalimatnya pendek, diucapkan di jalan martanegara, malam hari sesudah menjemput saya dari rumah teman. Katanya, “Andai saya bisa merubah kenyataan semudah membalik telapak tangan, saat ini juga saya lakukan buat kamu. Tapi kamu tau hidup kita tak bisa dirubah semudah itu”
Saya menangis di pelukan ibu saya semalaman. Belum pernah saya merasa sesakit itu, rasanya dunia pink saya berubah jadi abu-abu. Tak habis-habis saya berbicara pada sahabat-sahabat saya tentang dia, sampai semua sahabat saya mual. Dan saya bersumpah, tak mau lagi sakit hati seperti itu. Never.
Setelah masa berkabung usai, saya sempat berpacaran dengan dua-tiga pria. Tak ada yang serius. Saya lebih mencintai sahabat-sahabat saya. Sampai saya bertemu dengan PakGendut...
PakGendut, oh, PakGendut...
Apa yang menarik dari PakGendut ?
Pertama bertemu dengannya, PakGendut memakai celana pendek, sendal, t-shirt yang memperlihatkan kegendutan perutnya, gelang bahar ular di pergelangan tangannya, dan berambut botak...
Pertama bertemu dengannya, saya langsung membatin, “definately not him !
Tapi PakGendut suka membaca, PakGendut suka ngopi dan PakGendut suka jazz.
Tapi Pak Gendut... dengan dirinya saya merasa tenang. Dengan dirinya saya tak harus repot memblow dry rambut a-la salon supaya dia terkesan. Dengan dirinya saya bisa semena mena kentut tanpa rasa malu. Dengan dirinya saya bisa makan ayam goreng Soeharti sambil bertepuk tangan kegirangan saking senangnya. Dengan dirinya saya bisa cerita tentang khayalan masa depan saya, yang akhirnya menjadi masa depan kami...
Saya jatuh cinta pada pria gendut yang menghabiskan 18 dari 20 buah putu mayang yang tersaji di pertemuan kedua kami. Pada pria gendut yang makan nasi dua piring di rumah kami tanpa rasa malu padahal kami baru 3 kali bertemu. Pada pria gendut yang dengan ikhlas membawakan satu slice kue taart dan cd kesayangannya sebagai hadiah di hari ulang tahun saya... Pada pria gendut yang setia menemani saya bolak balik terapi ketika saya menderita Low Back Pain. Pada pria gendut yang rela punya calon istri yang tak bisa lepas dari teman-teman prianya. Pada pria gendut yang rela mendengarkan calon istrinya bicara berjam jam tanpa memberi kesempatan pada orang lain untuk ikut bicara...
Dan pada 21 Desember 2003, IbuCerewet dan PakGendut pun menikah...
Saya matang sebelum waktunya. Mulai pacaran di usia 12 tahun dengan kakak kelas SMP. Pacaran semi serius, dalam artian orang tua tau, dan tentunya tidak menyetujui. Huhahahah... ya ampun, SMP gitu lho. Tapi cinta pertama saya itu lumayan berkesan karena seruuu...minta ampun serunya. Saya didekati dia cukup lama juga untuk ukuran SMP, 3 minggu. Ditembak dalam mobil, di lapangan parkir Hero Pasundan Plaza dengan diiringi lagu Remember The Timenya Michael Jackson dan rintik hujan romantis. Saat itu tanggal 24 Maret 1992. Sampai sekarang saya masih ingat kalimat proposalnya, “A pengen kamu lebih dari sekedar teman buat A. A ini senang memberi kejutan, saya masih ingat dijemput pulang sekolah dan saya disuruh membuka dashboard mobilnya... sudah ada white chocolate 6 biji yang dibungkus pita merah disana. So sweet. Ultah ke 13, dia memberi saya kaset Spagna dan Beauty and the Beast. masa pacaran bertahan 6 bulan, kami putus tepatnya tanggal 22 September 1992.
Walaaahh…IbuCerewet kok hafal sampe segitunya ?, ya hafal, karena tanggal 21 Septembernya, sehari sebelum kami putus, saya resmi pacaran dengan T, temannya A... awww...jahaaattt... huhahahha... harap dimengerti dong, waktu itu saya masih SMP. Mau tau gimana cara T nembak saya ?, lewat telp, dia nyanyi lagunya Rick Price, Heaven Knows... OMG, kalau diingat pasti dia sama malunya sama saya... cupu banget ya ?
Masa pacaran saya dengan T cukup lama... kami pacaran dari saya masih 3 SMP sampai saya 2 SMA. Berkesan ?. Ya berkesan juga, first kiss saya sama dia, first slow dance pun sama dia. Putus karena ?, mmmh... bosan. Eh, harap dimengerti juga dong, saya masih SMA waktu itu...
Setelah itu ada beberapa pria melintas, pacaran sebulan dua bulan, putus yang saya lupa alasannya kenapa, tapi ya seru buat dikenang. Setidaknya masa remaja saya mirip kayak Beverly Hills 90210, hanya minus duit berlebihan buat di hambur-hamburkan... kikikikik...
Waktu kuliah, saya sempat jatuh hati setengah mati pada seorang pria. Oh yes, cinta saya altruistik. Sebegitu cintanya sampai berdarah-darah pun saya jalani. Semua berawal dari hal kecil; sering satu kelas, sarapan bersama, makan siang bersama, jalan bareng, curhat, dia hampir setiap hari mengantar saya pulang, surat suratan ketika kuliah, telp sampai jauh malam...
Sepertinya saya dan dia mengalami delusi saat itu. Tau tak mungkin terjadi, tapi masa bodoh. Sampai pada satu titik tak sanggup berpisah, tapi saat itulah dia merasa kami harus berpisah. Ya, setelah hubungan yang naik turun, emosional, seeking possibilities in impossibilites, dia dengan tiba-tiba dan semena mena memutuskan untuk tak lagi mau memegang tangan saya. Kalimatnya pendek, diucapkan di jalan martanegara, malam hari sesudah menjemput saya dari rumah teman. Katanya, “Andai saya bisa merubah kenyataan semudah membalik telapak tangan, saat ini juga saya lakukan buat kamu. Tapi kamu tau hidup kita tak bisa dirubah semudah itu”
Saya menangis di pelukan ibu saya semalaman. Belum pernah saya merasa sesakit itu, rasanya dunia pink saya berubah jadi abu-abu. Tak habis-habis saya berbicara pada sahabat-sahabat saya tentang dia, sampai semua sahabat saya mual. Dan saya bersumpah, tak mau lagi sakit hati seperti itu. Never.
Setelah masa berkabung usai, saya sempat berpacaran dengan dua-tiga pria. Tak ada yang serius. Saya lebih mencintai sahabat-sahabat saya. Sampai saya bertemu dengan PakGendut...
PakGendut, oh, PakGendut...
Apa yang menarik dari PakGendut ?
Pertama bertemu dengannya, PakGendut memakai celana pendek, sendal, t-shirt yang memperlihatkan kegendutan perutnya, gelang bahar ular di pergelangan tangannya, dan berambut botak...
Pertama bertemu dengannya, saya langsung membatin, “definately not him !
Tapi PakGendut suka membaca, PakGendut suka ngopi dan PakGendut suka jazz.
Tapi Pak Gendut... dengan dirinya saya merasa tenang. Dengan dirinya saya tak harus repot memblow dry rambut a-la salon supaya dia terkesan. Dengan dirinya saya bisa semena mena kentut tanpa rasa malu. Dengan dirinya saya bisa makan ayam goreng Soeharti sambil bertepuk tangan kegirangan saking senangnya. Dengan dirinya saya bisa cerita tentang khayalan masa depan saya, yang akhirnya menjadi masa depan kami...
Saya jatuh cinta pada pria gendut yang menghabiskan 18 dari 20 buah putu mayang yang tersaji di pertemuan kedua kami. Pada pria gendut yang makan nasi dua piring di rumah kami tanpa rasa malu padahal kami baru 3 kali bertemu. Pada pria gendut yang dengan ikhlas membawakan satu slice kue taart dan cd kesayangannya sebagai hadiah di hari ulang tahun saya... Pada pria gendut yang setia menemani saya bolak balik terapi ketika saya menderita Low Back Pain. Pada pria gendut yang rela punya calon istri yang tak bisa lepas dari teman-teman prianya. Pada pria gendut yang rela mendengarkan calon istrinya bicara berjam jam tanpa memberi kesempatan pada orang lain untuk ikut bicara...
Dan pada 21 Desember 2003, IbuCerewet dan PakGendut pun menikah...
Kenalan dulu ya
Ibu cerewet bikin blog baru…
Bukan, bukan karena sudah bosan dan berpaling dari multiply. Pengen penyegaran aja, tapi tetap kok jurnal yang sama akan ada di multiply.
Untuk yang baru masuk ke sini dan kita belum pernah ketemu sebelumnya, yuk yuk kita kenalan dulu. Nama saya Kathy, waktu kuliah lebih beken dengan nama Kathy Saelan (nama bapak harus selalu ikut serta dong) dan ketika sudah menikah nama Pak Gendut jadi turut serta, sehingga di facebook nama yang tertera adalah Kathy Saelan-Ekopurnomo.
Waktu jamannya plurk, id saya adalah IbuCerewet, ndilalah nama itu jadi terpatri..jadi sudahlah saya terima nasib ditasbihkan menjadi ibu yang cerewet, asal cerewetnya tak seperti ibu Subangun ya
Suami saya Fery Susetyo Ekopurnomo a.k.a PakGendut adalah seorang arsitek yang nyasar jadi penyiar di radio Trijaya Bandung, nyasar juga jadi tukang cuci karena kami punya usaha Laundry Kiloan, dan nyasar juga jadi tukang antar makanan karena kami buka usaha juga Spatula.. kapan kapan mampir ke warung online kami ya, warung offline masih dalam taraf angan-angan namun insya Allah akan segera diwujudkan. Doakan kamiii...’
Alhamdulillah saya dikaruniai sepasang anak yang sehat, menggemaskan dengan segala kelakuan yang menyenangkan maupun yang mampu membuat ibu-ramanya jantungan. Yang sulung Orchidea Alanna Al-Fatihah, lahir 1 Januari 2005, dan Muhammad Mumtaz Faza, lahir 11 Januari 2007.
Sekian dulu perkenalan kita. Semoga berkenan untuk terus bersilaturahim dengan keluarga IbuCerewet dan PakGendut yaaa...
Bukan, bukan karena sudah bosan dan berpaling dari multiply. Pengen penyegaran aja, tapi tetap kok jurnal yang sama akan ada di multiply.
Untuk yang baru masuk ke sini dan kita belum pernah ketemu sebelumnya, yuk yuk kita kenalan dulu. Nama saya Kathy, waktu kuliah lebih beken dengan nama Kathy Saelan (nama bapak harus selalu ikut serta dong) dan ketika sudah menikah nama Pak Gendut jadi turut serta, sehingga di facebook nama yang tertera adalah Kathy Saelan-Ekopurnomo.
Waktu jamannya plurk, id saya adalah IbuCerewet, ndilalah nama itu jadi terpatri..jadi sudahlah saya terima nasib ditasbihkan menjadi ibu yang cerewet, asal cerewetnya tak seperti ibu Subangun ya
Suami saya Fery Susetyo Ekopurnomo a.k.a PakGendut adalah seorang arsitek yang nyasar jadi penyiar di radio Trijaya Bandung, nyasar juga jadi tukang cuci karena kami punya usaha Laundry Kiloan, dan nyasar juga jadi tukang antar makanan karena kami buka usaha juga Spatula.. kapan kapan mampir ke warung online kami ya, warung offline masih dalam taraf angan-angan namun insya Allah akan segera diwujudkan. Doakan kamiii...’
Alhamdulillah saya dikaruniai sepasang anak yang sehat, menggemaskan dengan segala kelakuan yang menyenangkan maupun yang mampu membuat ibu-ramanya jantungan. Yang sulung Orchidea Alanna Al-Fatihah, lahir 1 Januari 2005, dan Muhammad Mumtaz Faza, lahir 11 Januari 2007.
Sekian dulu perkenalan kita. Semoga berkenan untuk terus bersilaturahim dengan keluarga IbuCerewet dan PakGendut yaaa...
Langganan:
Postingan (Atom)